“Dari kebiasaan santri memberi tanda pada sendal
mereka saat di pondokan, saya mencoba memodifikasi agar sandal jepit
lebih indah.”
PATI – Sebuah ide bisa datang dari mana saja, meskipun
unik dan dirasa tidak menarik oleh sebagian orang, namun jika kita bisa
menampilkan keunikan ide tersebut menjadi sebuah karya seni yang memikat, bisa
dipastikan akan mengundang kekaguman. Bahkan, tidak jarang berawal dari ide
unik dan sederhana, akhirnya mampu mendatangkan keuntungan materi yang
berlipat.
Mochlisin, misalnya, pemuda asal Desa Tayu kulon, kecamatan Tayu,
Pati Jawa tengah ini, dengan menggunakan sendal japit mampu membuahkan hasil
karya yang unik bahkan laku dijual di pasaran.
Jika
selama ini sandal jepit yang sering kita pakai sebatas dapur dan halaman, namun
ditangan kreatif Mochlisin, sandal Japit tidak hanya sekedar
menjadi alas kaki semata, dengan ide seninya sandal japit bisa menjadi hasil seni
yang bisa mendatangkan untung. Bahkan tidak sekedar menjadi alas kaki, namun
juga dijadikan hiasan dinding.
Membuat sandal japit ukir memang
tidak mudah, hanya sedikit orang yang bisa membuatnya, oleh karenanya
usaha sandal japit ukir ini bisa menjadi peluang usaha yang menjanjikan, karena
disamping membutuhkan ketelatenan, usaha ini juga membutuhkan keahlian dalam
seni lukis yang bisa dituangkan ke media berupa sandal spon atau sandal japit.
Usaha
yang mulai dirintis sejak 2 tahun lalu, Berawal saat Moclisin menganggur dan tidak mempunyai pekerjaan. Meski
sudah berulang kali melamar kerja, namun hasilnya nihil. Pemuda ini nyaris
putus asa karena tidak mempunyai pekerjaan. Tetapi disatu hari, Mokhlisin
iseng menorehkan ujung cutter di atas
sandal jepitnya. “Saat itu hanya iseng saja karena tidak punya pekerjaan. Lagi
pula saya ingat waktu masih di pondok pesantren dulu,” tuturnya. Dulu, imbuh
Mokhlisin, ketika masih tinggal di pesantren dia dan sejumlah santri lainnya
sering menandai sandal jepit yang mereka pakai. Salah satunya dengan mengukir
inisial nama pada sandal tersebut. Dari
iseng karena belum nendapat pekerjaan tetap itulah, akhirnya muncul ide untuk membuat
sandal yang beda dengan sandal pada umumnya. Ditambah keahlian mengukir
Mokhlisin yang diperoleh ketika masih mengenyam pendidikan di pondok pesantren.
Akhirnya, dengan segala keahliannya dalam olah kreasi, dia pun berhasil
menyelesaikan idenya yang dituagkan di atas media sendal jepit berbahan spon
tersebut. “Kejadian itu sekitar 2 tahun lalu, mas ,” jelas Mokhlisin saat
dikunjungi beberapa waktu lalu di rumahnya, yang sekaligus menjadi tempat
produksi.
Di
luar perkiraan Mokhlisin, sandal ukir kreasi pertamanya menarik minat
teman-teman sekampung. Merasa mendapat dukungan dan penghargaan atas karyanya,
Mokhlisin pun kembali membuat namun dengan kreasi yang lain.
Dengan peralatan yang sederhana
dan sedikit keahlian dalam menggambar, dicobalah membuat desain serta motif
yang berbeda. Dia mencoba membuat sandal jepit dengan motif bunga. Tidak
memakan waktu lama, sandal yang tadinya biasa saja, mulai tampak anggun, cantik
dan mewah. Tidak berhenti di situ saja, aneka motif mulai dia ciptakan mulai
dari logo tim sepak bola, hingga foto diri pemesan.
Respon positif dari teman serta
para tetangganya, semakin menambah semangat Mochlisin untuk membuat gambar yang
lebih menarik lagi.
Hiasan dinding dari sandal jepit yang diukir |
Ada
kalanya Moklhisin kehabisan ide dalam membuat motif, namun dia tidak
segan-segan meminta bantuan dari teman-temannya untuk mencarikan motif yang
sesuai dengan kebutuhan pesanan para pembeli.
Sedikit demi sedikit pembeli dan
pesanan mulai mengalir. Pada akhirnya Mokhlisin mulai merasa yakin, jika apa
yang dia geluti itu adalah merupakan jalan hidupnya. Meski dengan peralatan
produksi seadanya, serta lokasi produksi yang jauh dari pusat kota Pati, namun
dia merasa yakin jika usahanya akan berkembang dengan baik.
Untuk
memperkaya motif ukir, Mokhlisin memanfaatkan internet untuk berselancar. Namun
dia tidak menjiplak secara keseluruhan, motif dari internet tersebut
dimodifikasi sesuai dengan idenya.
Dengan memanfaatkan dunia maya itulah, sandal ukir hasil desainnya mulai
dikenal masyarakat luas. Pemesan tidak hanya dari dalam kota, namun banyak juga
dari luar kota. Bahkan, tidak jarang pembeli yang kemudian menjual kembali
sandal ukir hasil karyanya.
Semakin banyaknya peminat,
ternyata menjadi kendala tersendiri bagi Mokhlisin, selain keterbatasan waktu,
tenaga yang membantu produksi pun masih kurang sehingga tidak mampu memenuhi
target pemesanan.
Seiring
perkembangan waktu, sandal jepit ukir tidak hanya menjadi pemanis saat dipakai,
akan tetapi juga mulai menjadi hiasan dinding maupun dipadukan dengan jam
dinding. “Untuk jam dinding ini merupakan produk kreasi saya yang terbaru,”
jelas Mokhlisin. Dengan diberi bingkai atau pigura, sandal jepit ukir karya
Mokhlisin kelihatan menjadi barang mewah dan layak untuk dijadikan souvenir.
Beberapa ukiran dalam sandal jepit tidak hanya bermotif bunga, untuk hiasan
dinding terkadang juga ada ukiran kaligrafi.
padupadan kaligrafi dan jam dinding dari sandal japit yang diukir |
Sandal
ukir buatan Mochlisin ini dijual berkisar antara 20 ribu rupiah hingga 40 ribu
rupiah, tergantung tingkat kerumitan serta kesulitannya. Sedangkan untuk hiasan
dinding harganya bisa mencapai 200 ribu dengan ukuran bingkai besar.
Berkat memanfaatkan kemajuan
teknologi dan luasnya jaringan internet, pemesanan mulai merambah hampir di
seluruh Indonesia, bahkan ada juga pemesan dari Hongkong, Singapura dan
Malaysia. “Sampai saat ini saya juga mempunyai pelanggan dari Amerika, yang
rutin memesan dalam jumlah tertentu,” pungkasnya. (nug)
No comments:
Post a Comment