Tuesday, October 13, 2015

Sandal Japit Ukir Tembus Pasaran Luar Negeri




 “Dari kebiasaan santri memberi tanda pada sendal  mereka saat di pondokan, saya mencoba memodifikasi agar sandal jepit lebih indah.”

Pengrajin sandal jepit ukir, Mochlisin berawal iseng

PATI – Sebuah ide bisa datang dari mana saja, meskipun unik dan dirasa tidak menarik oleh sebagian orang, namun jika kita bisa menampilkan keunikan ide tersebut menjadi sebuah karya seni yang memikat, bisa dipastikan akan mengundang kekaguman. Bahkan, tidak jarang berawal dari ide unik dan sederhana, akhirnya mampu mendatangkan keuntungan materi yang berlipat.
Mochlisin, misalnya,  pemuda asal Desa Tayu kulon, kecamatan Tayu, Pati Jawa tengah ini, dengan menggunakan sendal japit mampu membuahkan hasil karya yang unik bahkan laku dijual di pasaran.
Jika selama ini sandal jepit yang sering kita pakai sebatas dapur dan halaman, namun ditangan kreatif Mochlisin,  sandal Japit  tidak hanya sekedar menjadi alas kaki semata, dengan ide seninya sandal japit bisa menjadi hasil seni yang bisa mendatangkan untung. Bahkan tidak sekedar menjadi alas kaki, namun juga dijadikan hiasan dinding.
Membuat sandal japit ukir memang tidak mudah, hanya sedikit orang yang bisa membuatnya,  oleh karenanya usaha sandal japit ukir ini bisa menjadi peluang usaha yang menjanjikan, karena disamping membutuhkan ketelatenan, usaha ini juga membutuhkan keahlian dalam seni lukis yang bisa dituangkan ke media berupa sandal spon atau sandal japit.
Usaha yang mulai dirintis sejak 2 tahun lalu, Berawal saat Moclisin   menganggur dan tidak mempunyai pekerjaan. Meski sudah berulang kali melamar kerja, namun hasilnya nihil. Pemuda ini nyaris putus asa karena tidak mempunyai pekerjaan. Tetapi disatu hari,  Mokhlisin iseng menorehkan ujung cutter di atas sandal jepitnya. “Saat itu hanya iseng saja karena tidak punya pekerjaan. Lagi pula saya ingat waktu masih di pondok pesantren dulu,” tuturnya. Dulu, imbuh Mokhlisin, ketika masih tinggal di pesantren dia dan sejumlah santri lainnya sering menandai sandal jepit yang mereka pakai. Salah satunya dengan mengukir inisial nama pada sandal tersebut.   Dari iseng karena belum nendapat pekerjaan tetap itulah, akhirnya muncul ide untuk membuat sandal yang beda dengan sandal pada umumnya. Ditambah keahlian mengukir Mokhlisin yang diperoleh ketika masih mengenyam pendidikan di pondok pesantren. Akhirnya, dengan segala keahliannya dalam olah kreasi, dia pun berhasil menyelesaikan idenya yang dituagkan di atas media sendal jepit berbahan spon tersebut. “Kejadian itu sekitar 2 tahun lalu, mas ,” jelas Mokhlisin saat dikunjungi beberapa waktu lalu di rumahnya, yang sekaligus menjadi tempat produksi.
          Di luar perkiraan Mokhlisin, sandal ukir kreasi pertamanya menarik minat teman-teman sekampung. Merasa mendapat dukungan dan penghargaan atas karyanya, Mokhlisin pun kembali membuat namun dengan kreasi yang lain.
Dengan peralatan yang sederhana dan sedikit keahlian dalam menggambar, dicobalah membuat desain serta motif yang berbeda. Dia mencoba membuat sandal jepit dengan motif bunga. Tidak memakan waktu lama, sandal yang tadinya biasa saja, mulai tampak anggun, cantik dan mewah. Tidak berhenti di situ saja, aneka motif mulai dia ciptakan mulai dari logo tim sepak bola, hingga foto diri pemesan.
Respon positif dari teman serta para tetangganya, semakin menambah semangat Mochlisin untuk membuat gambar yang lebih menarik lagi. 

Hiasan dinding dari sandal jepit yang diukir

Ada kalanya Moklhisin kehabisan ide dalam membuat motif, namun dia tidak segan-segan meminta bantuan dari teman-temannya untuk mencarikan motif yang sesuai dengan kebutuhan pesanan para pembeli.
Sedikit demi sedikit pembeli dan pesanan mulai mengalir. Pada akhirnya Mokhlisin mulai merasa yakin, jika apa yang dia geluti itu adalah merupakan jalan hidupnya. Meski dengan peralatan produksi seadanya, serta lokasi produksi yang jauh dari pusat kota Pati, namun dia merasa yakin jika usahanya akan berkembang dengan baik.
          Untuk memperkaya motif ukir, Mokhlisin memanfaatkan internet untuk berselancar. Namun dia tidak menjiplak secara keseluruhan, motif dari internet tersebut dimodifikasi sesuai dengan idenya.  Dengan memanfaatkan dunia maya itulah, sandal ukir hasil desainnya mulai dikenal masyarakat luas. Pemesan tidak hanya dari dalam kota, namun banyak juga dari luar kota. Bahkan, tidak jarang pembeli yang kemudian menjual kembali sandal ukir hasil karyanya.
Semakin banyaknya peminat, ternyata menjadi kendala tersendiri bagi Mokhlisin, selain keterbatasan waktu, tenaga yang membantu produksi pun masih kurang sehingga tidak mampu memenuhi target pemesanan.
          Seiring perkembangan waktu, sandal jepit ukir tidak hanya menjadi pemanis saat dipakai, akan tetapi juga mulai menjadi hiasan dinding maupun dipadukan dengan jam dinding. “Untuk jam dinding ini merupakan produk kreasi saya yang terbaru,” jelas Mokhlisin. Dengan diberi bingkai atau pigura, sandal jepit ukir karya Mokhlisin kelihatan menjadi barang mewah dan layak untuk dijadikan souvenir. Beberapa ukiran dalam sandal jepit tidak hanya bermotif bunga, untuk hiasan dinding terkadang juga ada ukiran kaligrafi.

padupadan kaligrafi dan jam dinding dari sandal japit yang diukir

Sandal ukir buatan Mochlisin ini dijual berkisar antara 20 ribu rupiah hingga 40 ribu rupiah, tergantung tingkat kerumitan serta kesulitannya. Sedangkan untuk hiasan dinding harganya bisa mencapai 200 ribu dengan ukuran bingkai besar.
Berkat memanfaatkan kemajuan teknologi dan luasnya jaringan internet, pemesanan mulai merambah hampir di seluruh Indonesia, bahkan ada juga pemesan dari Hongkong, Singapura dan Malaysia. “Sampai saat ini saya juga mempunyai pelanggan dari Amerika, yang rutin memesan dalam jumlah tertentu,” pungkasnya. (nug)

No comments:

Post a Comment